Postingan

MERAYAKAN YANG PALING TIDAK INGIN DIRAYAKAN

Gambar
ketika itu, pagi belum penuh, namun aku sudah dipaksa bergegas menuju rumah terakhirmu. memang, sedari malam suara-suara parau itu terus saja sibuk berembuk dan bertanya "dimana akan dikebumikan?". isi kepalaku hampir beku, 24jam terakhir sibuk memunguti potongan-potongan nyata yang amat sukar dicerna. kau tahu? apa betul hal yang, sedetikpun tidak akan pernah aku lupakan? nafas tersengalmu dan mata sayu yang mengatup perlahan. itukah detik-detik kehilangan? apakah aku memang sudah pantas diberi label 'anak yang tinggalkan'? tuhan, apa betul arti kepergian? pagi beranjak, siang pun datang. matahari tak tampak, dingin angin membidik tulang. mereka menyebutnya, 'rumah duka'. di satu sudut, manusia berkumpul begitu ramai, di sudut lain, manusia silih-ganti berdatangan. ada apa? kami tidak sedang berpesta. namun sialnya, ini seperti sebuah perayaan, perayaan yang sangat aneh. semua makhluk mencipta hitam dan kelam, seakan-akan baru saja terjadi hal yan...

TEMARAM

Gambar
selamat ulang tahun untuk negeriku, dan kamu. tahun lalu, saat terakhir aku menulis surat untukmu. aku sungguh tidak mengira, butuh waktu 1 tahun untuk menenangkan segala macam kecamuk di kepala. apa kabar? tidak-kah kau merasa waktu memang berlalu begitu cepat? 2015, perpisahan yang tak beralasan. kau tahu? aku tak pernah menyangka bahwa tahun-tahun berikutnya akan tetap terasa sama. ternyata, hidupku akan tetap begini-begini saja. sejauh-jauhnya aku membawa haru, yang masih ingin kuingat hanyalah raut teduhmu. sedalam-dalamnya aku mengais pilu,  tetap yang ingin kuukir hanyalah kenang denganmu. hingga, temaram dan sedu sedan, sudah sejati menjadi kawan. ingatkah kau, saat kau bilang  " cinta tak bisa dimakan, ini adalah yang menakjubkan dari segala keputusan. kita akan bahagia meski berbeda arah tempat pulang ." sungguh, bagaimana mungkin kau membuat hatiku sedih bertalu-talu? sebegitu merdeka-kah kau tanpa aku? sudah hilang-kah sendu hatimu saat setiap kali ber...

MASIH PERIHAL, BAPAK.

Gambar
" bapakmu tidak meninggal di kampung halamannya, bapakmu meninggal di atas kapal, persis ia hendak pulang ke seberang  " itu adalah kalimat terakhir yang aku dengar tentang bapak. langsung diucapkan oleh ninik,  tempat bapak menetap di sumatera dahulu. yang akhir-akhir ini aku memang sering mengunjunginya. sempat ia bilang masih menyimpan potret bapak. setelah ku minta, katanya sudah hilang tidak tahu kemana. entah kalimat apalagi yang harus aku dengar sebelum benar-benar menemui bapak. " bapakmu sudah mati?  benarkah?  bapakmu di kubur di mana?  apakah ia benar-benar sudah pulang ke kampung asalnya?  kau masih ingat wajahnya?  sebelum mati, kamu sempat bertemu dengannya, tidak?  sekarang kau hidup dengan siapa? adikmu siapa yang mengurus? " mulut-mulut sialan! mereka-mereka itu, tidak seharusnya begitu, berlagak bertanya seolah peduli sungguhan. aku tahu,  mereka hanya penasaran seberapa berat derita yang kami tahan. kerlingan m...

RENTANG

Gambar
kau yang di ujung sana. bersembunyi di balik bukit megah. diam-diam tersenyum, sekejap termangu. siapa namamu? siapa jiwamu? wahai raga, siapa betul engkau? pelan-pelan aromamu datang, menggelitik lalu meraba, oh harummu menyelinap utuh menusuk sukma. tak sempatku insaf, lirih nyanyianmu sayup sampai terdengar, pertanda apa? tanpa aba ku menari gemulai. namun sial, belum sempurna lenggok selesai, bayang tanganmu dari seberang bukit itu puas melambai. samar,  samar,  lalu luruh menghilang. empat pekan ku menanti dengan gemetar, harap cemas menunggu kabar, celaka sudah rindu yang kutanam, roman indahmu tak jua kunjung datang, oh manusia, apakah arti dari serakah? apakah ia yang terburu-buru mengikut rasa? ketika yang fana lekas lenyap, dengan naif tali penjerat pun seketika ingat. oh Tuhan apakah ia rupa dari kesalahan? tapi Kau bilang,  hidup bukan perkara kebetulan. ataukah ia jelmaan petaka? yang sengaja Kau kirim agar ku teguh mengingat kata sumpah. oleh: mo...

LENYAP

Gambar
ibu, tadi malam monster itu kembali datang, berkecak pinggang lalu aku ditendang. ia terus mengejek dan membodohiku, apa karena aku tak tahu diri tak tahu malu? ibu, jalan apa yang telah kutelusuri? mengapa tiada cahaya lagi? atau benarkah ini mimpi buruk? pantas saja aku kian terpuruk. ibu..  ibu.. aku terus dipaksa menari, tanpa lelah hingga tiba pagi. padahal mataku sudah memerah, yang sucipun sudah dimandikan dengan darah. ibu, wajahku sudah kian pucat pasi, namun mereka tak sedikitpun menaruh simpati. lihatlah ibu, masihkah kau bangga dengan aku, anakmu? ibu, harusnya dulu aku tak kau beri ampunan. harusnya kau memukulku lebih lama dengan rotan. walau itu kan kekal membekas, setidaknya aku bisa lebih waras. kini biar,  biarlah ibu. biar aku yang terperangkap. menjadi objek ataupun kelinci percobaaan. hanya saja, bila aku lebih dulu pergi, semoga doa dari bibirmu selalu penuh suka untuk bersemi. oleh: mona anarki

YANG BERSAMAKU, JUNE

Gambar
june, ini adalah suratku yang pertama dan terakhir untukmu. sekedar kau tahu, aku menulis surat ini dengan rasa yang mengalir. tidak ada yang aku tutup-tutupi pun aku rekayasa. semua berjalan dengan begitu adanya. meski aku tau, kau tak begitu tertarik dengan tulisanku. dan bagiku, itu akan baik baik saja. tak ada perkara masalah. june, jika sekali saja kau bertanya, cintakah aku padamu? berpuluh bahkan beratus-ratus kali akan ku jawab, " june, aku mencintaimu. sangat amat mencintaimu ." 2016, awal kita bertemu. tidak ada seorang pun yang bisa menduga. kau akan berhasil membuatku jatuh bangun dengan lara. berkali-kali aku ingin berdiri tegak, berbalik arah lalu hampa. beruntung jika bisa musnah dan hilang seluruhnya. namun aku kerap gagal. rupanya, jatuh kepadamu sudah menjadi pilihan bawah radarku. kau terlalu apik mengundang semua asa. aku linglung tak kepalang. hatiku kian berkecamuk. cinta, sendu, kesal, amarah, pedih. tak jarang kau hilang lalu kembali. kemba...

PRA (SAJAK UNTUK BAPAK)

Gambar
6 tahun setelah ibu dan bapak berpisah, bapak jatuh sakit, katanya cukup parah, bapak hanya berbaring, tak sanggup duduk. saat itu, aku mendengar kabar dari mulut ke mulut orang-orang. beberapa bulan kemudian, bergantian kabar terdengar. bapak akan segera pulang ke Bandung,  tanah kelahiran bapak. kata ibu "bapak adalah korban transmigrasi tahun 1990-an" . tanpa aba-aba, hari dan waktu berlalu begitu saja. kata orang-orang, juga kata teman bapak. bapak sudah sehat. bapak sudah hidup dengan baik. katanya juga, bapak kembali bertani, membantu dan menggarap kebun milik nini. kabar baik lainnya adalah, bapak sudah berubah. bapak sudah tidak mabuk-mabukkan, seperti dulu yang dibenci ibu. ternyata bapak sudah benar-benar bijaksana, mendengar itu, sungguh sesuatu yang lebih dari melegakan. namun tak selang sebulan, entah siapa yang membawa kabar tak masuk akal, katanya, bapak sudah pergi. selamanya. sejak saat itu, aku tak ingin lagi mempercayai  kabar dari orang-orang, ...