SESAL
jiwa yang kerdil, tlah luruh.
meringkuk tak tahu malu.
hampir menjadi lentera,
namun sayang yang tersisa,
hanya setumpuk berkas noda.
siapalah ia kini,
hilang arah kehilangan diri,
bagai hidup tak ber-tuhan.
padahal ia sadar,
tuhan semesta-lah yang paling besar.
pikiran yang bodoh,
yang tak bisa keluar,
dari perangkap picik,
dimanakah simpul kelakar?
jauh sudah lenyap,
tak lagi mampu selamat,
punggungku tlah habis tercakar,
cacatlah sudah tempat terbaik kau bersandar,
untuk;
ibuku yang selalu malang,
adikku yang kian besar,
maaf bila aku hanya,
berani teriak dalam mulut bungkam.
tapi ya tuhan,
apakah aib yang lebih besar,
dari diri yang tak punya apa-apa?
yang cinta dan kasih saja sudah lupa ku pelihara.
oleh: mona anarki
Komentar
Posting Komentar