SAJAK UNTUK BAPAK



saat itu pada usia tak genap tujuh,

aku mendengar kabar elegimu.

apa maksudnya?

tidak sedih.

tidak marah.

tidak pula haru.


aku bertanya tepat pada usia sepuluh.

"apa arti kematian, bu?"

ibu ketar-ketir.

resah jua gusar.

memandang ibu membuat jiwaku kecut.

aku mulai paham,

wajah ibu lebih dari sekedar jawaban.


aku berlari ke arah pintu kamar.

melilit tubuh dengan kain pintu.

menangis tanpa air mata.

rupanya, 

bapak pergi dengan membawa penuh air mataku, juga air matanya.


ribuan hari berarak linglung,

kujelajahi rumah teman bapak.

ia cukup sulit kucari.

disekian siang, aku berjumpa.

"mang dadang, dimana bapak?"

sial, jawabannya kaku dan bahasanya pun tak sempat kucerna.


dewasa sudah.

untuk bapak nan jauh disana,

di tanah sunda nan megah,

sedang aku diluasnya Sumatera,

"maaf pak, tanah samping pusaramu masih belum kunjung kupijak".


oleh: mona anarki


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MERAYAKAN YANG PALING TIDAK INGIN DIRAYAKAN

TEMARAM

RENTANG